PERMASALAHAN
BUDIDAYA TANAMAN PADI
Penurunan kesehatan dan kesuburan tanah
Kecenderungan potensi padi untuk berproduksi lebih tinggi mandeg
Penggunaan unsur kimia anorganik dan pestisida sintesis meningkat
Perilaku petani sudah jauh dari kearifan dalam memanfaatkan potensi lokal
DASAR PEMIKIRAN METODE SRI
Tanaman Padi mempunyai potensi yang besar untuk menghasilkan produksi dalam taraf tinggi
Dapat dicapai dengan terpenuhinya kondisi yang optimal
Dicapai melalui proses pengelolaan tanah, tanaman dan air serta unsur agroekosistemnya
Terjadi kecenderungan penurunan produksi
DASAR PEMIKIRAN SRI
Padi bukan tanaman air, tetapi padi tanaman yang membutuhkan air
Pada kondisi tanah tidak tergenang, akar akan tumbuh subur dan besar, sehingga dapat menyerap nutrisi yang banyak, sertra mendorong tumbuhnya tunas
yang optimal.
PENYEBAB TERJADINYA PENURUNAN PRODUKSI PADI
Penurunan kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk dan pestisida anorganik
Mikroba dalam tanah tidak bisa berfungsi
Aliran energi dari bawah ke atas permukaan tanah tidak seimbang
Suplay nutrisi dari tanah sangat kurang
Tanaman menunggu suplay makanan dari luar berupa pupuk sintesis
Penggunaan pupuk dan pestisida sintesis yang berlebihan mengakibatkan rantai makanan terputus
MA hanya menunggu makanan dari keberadaan hama
Jenjang hirerkis MA lebih tinggi maka hama akan berkembang lebih pesat
CARA PANDANG KURANG ARIF
Orang beranggapan di sawah hanya ada tanaman dan hama
Untuk memenangkan persaingan hama harus dibunuh
Pestisida yang berkuasa untuk memusnahkan hama
Pestisida tidak bisa mengentaskan masalah karena hama
Hama menjadi kebal
Terjadi peledakan hama
Pencemaran lingkungan
Terbunuhnya jasad non sasaran
Pengurangan keragaman unsur hayati
Gangguan terhadap kesehatan manusia
S R I
( SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)
Suatu cara budidaya tanaman padi yang efesien dengan proses manajemen sistem perakaran yang berbasis pada pengelolaan air, tanah, dan tanaman
SRI berasal dari Madagascar dikembangkan sejak sekitar 1980-an oleh Fr. Henri de Laulanié, SJ (biarawan asal Perancis) dan berkembang ke sekitar 24 negara sejak sekitar 1993
Penyebarluasan Metodologi S R I
Ujicoba penanaman di luar Madagascar pertama kali dilakukan di Nanjing Agricultural University, China (1999) dengan hasil antara 9.2 – 10.5 ton/ha.
Tahun berikutnya (2000) metodologi ini diujicoba di Indonesia, di Sukamandi Station dengan hasil 9.5 ton/ha pada musim hujan.
Sejak itu lebih dari 20 negara di Asia Tenggara, India dan Afrika tertarik melakukan berbagai ujicoba lapangan
SRI Di Indonesia antara lain oleh Pak Engkus Kuswara dan Pak Alik Sutaryat (Tahun 1999)
Yang mereka terapkan adalah :
• Tanam Tunggal Dan Dangkal
• Umur Semai Kurang 15 Hari
• Penanaman cepat kurang 15 Menit
• Pupuk Organik
METODOLOGI SRI ADALAH :
Tanaman Hemat Air (Max 2 Cm = Macak-macak dan juga ada periode pengeringan sampai tanah pecah-pecah)
Hemat Biaya (butuh bibit 5 Kg/Ha, Tidak butuh biaya Pencabutan, Pemindahan, Irit tenaga tanam, dll)
Hemat Waktu (bibit ditanam muda 3 - 10 HSS dengan jarak tanam lebar dan Panen lebih awal sekitar 10 – 14 hari)
Produksi Bisa Mencapai 7 - 14 Ton/Ha.
PENGARUH PENGGENANGAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN PADI
Ø Merangsang pertumbuhan memanjang tanaman, menghasilkan lebih banyak jerami
Ø Menghambat pertumbuhan anakan/tunas
Ø Tanaman kurang dapat mengambil unsur hara yang dibutuhkan
Ø Penggenangan yang terlalu dalam dan lama dapat merubah sifat-sifat kimia tanah sawah, antara lain : kandungan O2 yang sedikit, kandungan CO2 yang berlebihan, terjadi akumulasi H2S, yang dapat meracuni tanaman sehingga tanaman menjadi kerdil
PRINSIP SRI
• Pengolahan tanah dan pemupukan kompos organik
• Benih bermutu dan ditanam muda
• Benih ditanam tunggal dan langsung
• Jarak tanam Lebar
• Pemupukan tidak dengan pupuk sintesis
• Pengelolaan air yang macak-macak dan bersamaan dengan penyiangan
• PHT tidak memakai pestisida sintesis
UJI BENIH BERMUTU DENGAN LARUTAN GARAM
Caranya :
° Siapkan ember atau panci atau wadah lain beriisi air
° Masukan garam aduk-aduk sampai larut,
° Masukan telur ayam mentah kedalam larutan garam tersebut, bila telur masih tenggelam maka perlu penambahan garam.
° Pemberian garam dianggap cukup apabila telur sudah mengapung.
° Masukan benih yang sudah disiapkan kedalam larutan tersebut.
Benih yang tenggelam yang digunakan sebagai benih yang akan ditanam
PERENDAMAN DAN PEMERAMAN BENIH
• BENIH DIRENDAM, Setelah diuji, benih direndam dengan mempergunakan air bersih dengan tujuan mempercepat perkecambahan selama 24 – 48 jam.
• BENIH DIPERAM, Benih yang telah direndam kemudian diangkat ke dalam tempat tertentu yang telah dilapisi dengan daun pisang dengan tujuan untuk memberikan udara masuk/penganginan/ngamut selama 24 jam.
CARA MEMBUAT PERSEMAIAN
Ø Campurkan Tanah dan kompos 1 : 1
Ø Masukan campuran tanah dan kompos ke dalam baki atau pipiti yang dilapisi daun pisang
Ø Taburkan benih ke dalam nampan
Ø Tutup dengan jerami atau kompos
CARA PENANAMAN BENIH
- Tanam benih berusia muda antara 3 - 10 hari (maksimal berdaun 2), usahakan di bawah 8 hari setelah semai.
- Tanam hanya 1 (satu) benih per lubang dengan jarak tanam 30x30 cm atau 35x35 cm
- Bibit ditanam dangkal 1 – 1,5 cm dengan perakaran seperti huruf L.
- Pindah tanam (transplanting) harus segera (kurang dari 15 menit) secara hati-hati
- Petak sawah tidak selalu tergenang, kondisi air hanya ‘macak-macak’ (1-2 cm) dan pada periode tertentu harus dikeringkan sampai retak (intermittent irrigation)
- Penyiangan dilakukan lebih awal pada 10 hst diulang 3 s/d 4 kali dengan interval waktu setiap 10 hari ( mengunkan tenaga manusia/lalandak )
( Kegiatan penyiangan tidak hanya untuk menyingkirkan gulma, tetapi untuk meningkatkan aerasi zona perakaran )
7. Aplikasi MOL untuk meningkatkan petumbuhan tanaman,dilakukan setelah selesai penyiangan, dengan dosis 100-200 CC / 1-2 gelas per tangki (14-15 lt).
KETERBATASAN S R I
• Membutuhkan tenaga kerja lebih banyak (pada awalnya)
• Perlu drainase untuk membuang kelebihan air
• Lebih banyak waktu untuk untuk mengatur pengairan
• Lebih banyak waktu dan tenaga kerja untuk penyiangan
• Pembuatan kompos
PERLU DIBERDAYAKAN
• Ekologi tanah.
• Pembuatan bio organic (MOL)
• Pembuatan pupuk organik / kompos.
• Seleksi benih
• Persemaian
• Tanam
• Penyiangan
• Pengelolaan air ( Pengolahan tanah,masa pertumbuhan , penyianagan,masa berbunga sampai masak susu, pemasakan sampai panen )
MEMAHAMI EKOLOGI TANAH
PEMBUATAN BIO ORGANIK/MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL)
Bahan-bahan yang bisa dibuat sebagai MOL:
° Buah maja (Aeglemarmelos Correa =fructus beloe) /Kemplung/gelempung
° Keong mas/siput murbai
° Nasi
° Rebung bambu
° Bonggol pisang
° Limbah sayuran
° Tulang ikan, dll
Adapun bahan tamabahan yang dibutuhkan adalah :
° Air beras (leri)
° Gula merah / nira / gula pasir.
° Air kelapa
Alat yang dibutuhkan :
° Toples / ember
° Botol
° Selang kecil
° Lakban / karet
Cara pembuatan MOL :
1. Mol keong.
Keong ditumbuk beserta cangkangnya, kemudian dimasukkan kedalam ember/ toples bertutup. Masukan air beras, kemudian tambahkan air kelapa. Masing- masing komposisi adalah 1/3 bagian, kemudian tamabahkan gula pasir atau gula merah. Kemudan toples ditutup rapat, di lakban jangan sampai bocor,kalau bocor maka akan timbul bau yang tidak sedap. kemudian diberi sirkulasi dengan selang. Selang dihubungkan dengan botol yang diisi air. Tujuan pemberian selang yang dihubungkan pada botol berisi air adalah agar tidak ada udura bebas yang masuk, karena fermentasi yang dikehendaki adalah an aerob.
Mol akan jadi setelah 15 hari,dengan ciri bila di cium berbau harum seperti bau tape, bila terjadi bau yang kurang sedap maka bisa dihilangkan dengan penambahan gula. Setelah itu mol disaring, dan siap digunakan untuk menyemprot.
2. untuk pembuatan mol dengan bahan lain cara dan perlakuannya sama dengan pembuatan mol keong.
KONDISI PEMBERIAN AIR
KONDISI | PERSEMAIAN | PENGOLAHAN + 20 HARI | PERTUMBUHAN + 70 HARI | PENYIANGAN 3-5 KALI | PEMBUAHAN + 30 HARI | PEMASAKAN +15 HARI |
PEMBERIAN AIR | LEMBAB | MACAK-MACAK | LEMBAB | LEMBAB | DIGENANG 1-3 CM | DIKERINGKAN |